Kelinci di bulan
“Kak, boleh gak sih mimpi tinggi-tinggi?”
Senyum terukir pada parasku di kala mendengar kalimat yang diutarakan yang lebih muda. ‘Boleh kok? Kenapa nggak?’
Seutas cerita perihal angan keluar dari mulut kecilnya, dari sana aku sadar bahwa imajinasinya Yujin itu luar biasa, begitu juga dengan ekspetasinya akan dunia. Di saat anak-anak lain bermimpi untuk menjadi dokter hewan Yujin bermimpi untuk bisa mendarat di bulan. ‘Kak, bulan kalo diliat dari deket kayak apa sih? Terus terus, di bulan beneran ada kelincinya gak?’
Kakak harap Kakak tau jawabannya, Yujin. Biar kamu tidak perlu pusing-pusing mikirin gimana caranya untuk pergi ke bulan, biar Yujin tau jawaban keberadaan kelinci dan tidak dimakan rasa penasaran. Kakak harap saat Kakak lebih muda dan punya lebih banyak waktu serta tenaga untuk menjelajahi dunia Kakak sudah tau perihal mimpi Yujin yang istimewa. Tapi, itu mimpi Yujin, bukan mimpi Kakak. Tentu saja Yujin ingin pergi ke sana dan melihatnya dengan mata kepala Yujin sendiri, bukan?
Kakak senang sekali di usianya Yujin sudah tau tentang apa yang ia damba. Tetapi Kakak takut, Kakak takut saat Yujin beranjak dewasa dan sudah cukup usia untuk mendaratkan kaki di bulan Yujin akan disakiti oleh dunia yang kerap sekali tak kenal ampunan. Kakak takut sekali Yujin akan dihancurkan sendiri oleh imajinasi dan ekspetasi yang Yujin punya. Nyatanya alam semesta tak sebaik yang Yujin kira dan manusia bisa kapan saja terbangun disambut dengan rasa kecewa. Dewasa itu menyeramkan dan Kakak harap Kakak bisa menutup mata Yujin dari realita yang ada. Kakak takut di perjalanan Yujin kehilangan arah tanpa bantuan yang dapat menuntun langkah, Kakak takut di perjalanan Yujin berkenalan dengan duka di saat kamu seharusnya hanya paham soal cinta, Kakak takut di perjalanan Yujin memahami bagaimana Kakak selama ini melalui hari dengan harapan untuk tetap hidup bukan lagi angan yang sudah lama redup, Kakak takut Yujin mengetahui fakta bahwa Kakak selama ini berandai-andai tentang kehidupan lain yang tak perlu membuat Kakak bernapas di bawah ketakutan.
Tetapi Kakak lebih takut jika di kehidupan lain Kakak tidak terlahir sebagai Kakak Han Yujin, adik kecilku, yang membuatku rela melakukan apapun jika itu dapat melindunginya dari rasa pilu. Mungkin Tuhan anugerahkan Kakak dengan realita buruknya dunia agar Kakak paham bahwa tak ada satu pun insan yang pantas disakiti semesta dan kamu salah satunya. Mungkin Tuhan hancurkan Kakak agar Kakak sadar betapa berharganya sebuah kebaikan dan Kakak akan pastikan kamu tumbuh dengan kelembutan.