Kisah Kasih Juni

letters i never sent
1 min readJun 9, 2024

--

Aku berdiri di ambang surga dan neraka sesaat sebelum aku berlutut kepada Tuhan dan meminta kasihnya. Aku tak ingin meminta ampunan, aku di sini meminta pengertiannya untuk terakhir kali ini saja.

Hidupku memang tak luput dari malapetaka, namun wahai Tuhan aku tak mau mati hanya meninggalkan dosa. Aku tak mau mati hanya meninggalkan ekspektasi yang tak pernah terlaksana. Aku tak mau mati menjadi wujud dari penyesalan dari apa yang orang tuaku telah korbankan. “Mama mau kamu hidup bahagia.” Nyatanya definisi bahagiaku dan mama berbeda karena aku dapat membayangkan tatapan kecewa saat ia mengetahui aku enggan berdiri di altar berdampingan dengan seorang pria.

Aku tak mau mati hanya meninggalkan dosa. Aku tak mau mati hanya meninggalkan ekspektasi yang tak pernah terlaksana. Tetapi aku tak mau mati ketika aku ditentang untuk hidup bahagia. Aku tak mau mati dengan dusta di atas mahar, di saat aku bisa lari denganmu ke ujung dunia. Aku tak mau mati membentuk diriku menjadi sesuatu yang layak mendapat restu, di saat kamu bisa ucapkan aku sayang kamu ketika aku membusuk di atas kasurku. Aku tak mau mati di saat semua orang bicarakan keturunan dan yang kupikirkan hanyalah kecupanmu setelah bertahun-tahun aku selesaikan, mengetahui bahwa kita menjadi pasangan yang sah hanyalah angan-angan semata. Aku tak mau mati dengan bayang-bayang kehidupan bahagia yang nyaris ada, jika saja nyaliku sebesar cinta yang kupunya. Aku tak mau mati dengan bertanya-tanya mengapa ganjaran dicinta dan bahagia sama dengan aku meregang nyawa.

--

--

No responses yet